NasionalismeNews–Maret 2021
GAPSI adalah singkatan dari Gerakan Anak Pejuang Subuh Indonesia, yang berdiri sejak 24 Juli 2017, di Masjid Al Kautsar, Cakung, Jakarta Timur.
GAPSI adalah sebuah gerakan nasional di bidang sosial keagamaan, yang bertujuan menumbuhkan dan merawat generasi anak pejuang subuh, di semua masjid dan musholla di seluruh Indonesia.
Latar Belakang
Bermula dari pengamatan, sangat sedikit anak-anak yang sholat subuh berjamaah di masjid. Ditambah lagi, minimnya kesadaran orang tua dan pengurus masjid, untuk memberikan ruang gerak bagi anak-anak agar mereka mencintai masjid. Maka disusunlah aneka program dan sebutan “anak pejuang subuh”,agar anak-anak mau dan mampu subuh berjamaah di masjid setiap hari, sepanjang tahun. Juga agar rutin sholat lima waktu secara berjamaah di masjid, dan menjadi pelopor kebaikan bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Insya Allah.
Visi
Mewujudkan Generasi Muslim Indonesia yang Cinta Berjamaah, Cinta Masjid, dan Cinta Kebaikan
Misi
- Menjadi Pelopor Sholat Berjamaah di Masjid
- Menjadi Pelopor Aneka Kegiatan Positif di Masjid
- Menjadi Pelopor Aneka Kegiatan Positif di Masyarakat
Aneka Kegiatan Anak Pejuang Subuh, Menggambar, Marawis, Memiliah Sampah, Mengumpulkan Jelantah, Belajar Aneka Lagu dan Tepuk, Menghafal Aneka Doa dari Quran dan HAdits, Tamasya, Menyimak Dongeng, Menyimak Kisah Para Nabi dan Sahabat, Menyimak Cerita dari Seluruh Dunia.
Keuntungan Menjadi Anak Pejuang Subuh
Ikut Aneka Kegiatan, Dapat Uang Saku Subuh, Rutin Subuh Berjamaah di Masjid, Percaya Diri dan Jujur, Berprestasi di Pengajiam, Berprestasi di Sekolah, Pelopor Kebaikan di Masyarakat.
Kegiatan SASAGI (SArapan SAbtu PaGI)
SASAGI adalah kegiatan kuliner yang dilakukan ibu-ibu pejuang subuh, di setiap sabtu pagi. Mengapa di hari Sabtu ? karena di hari-hari lain ibu-ibu terlibat dalam pembelajaran jarak jauh bagi putra-putrinya. Sumber dana sSASAGi berasal dari para donator. Sasaran SASAGI adalah masyrakat umum yang melintas di depan masjid (ojol, pemulung, dan lain-lain). Setiap kali SASAGI, menyediakan minimal 30 porsi sarapan. Di setiap porsi sasagi, disisihkan Rp 2.000 untuk mendukung uang saku subuh.
Kegiatan Mengumpulkan Jelantah
PEMANFAATAN LIMBAH JELANTAH
Apakah kalian tahu tentang jelantah?
Betul sekali, jelantah adalah minyak goreng yang telah digunakan berkali-kali untuk menggoreng. Sebutan lainnya adalah minyak goreng bekas pakai. Jelantah termasuk limbah rumah tangga yang hampir setiap hari dihasilkan oleh setiap rumah. Dan biasanya, jelantah yang sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi untuk menggoreng, akan berakhir di selokan. Dibuang begitu saja.
Tahukah kalian dampak dari jelantah yang dibuang sembarangan ke selokan? Jelantah tersebut akan menutupi permukaan selokan, mengalir ke sungai dan danau, dan membuat ikan-ikan mati kehabisan oksigen. Jelantah juga akhirnya mengendap di dasar selokan, bisa menggumpal dan membatu. Membuat selokan menjadi keruh berwarna kehitaman, dan menimbulkan penyumbatan. Akhirnya saat hujan deras turun, bisa menjadi banjir karena limpahan air yang macet di selokan, meluap ke jalan-jalan. Jadi jelantah, menjadi salah satu penyebab banjir lho.
Banyak upaya yang dilakukan untuk memanfaatkan limbah jelantah ini. Setelah mengalami sejumlah proses, bisa tercipta produk lilin hias, sabun cuci, dan bahkan, menjadi bahan bakar bio solar untuk industri. Sayangnya kesadaran warga untuk menampung jelantah menjadi produk yang berguna, belum tumbuh. Kebanyakan warga dari survei kecil yang dilakukan, langsung membuang jelantah ke selokan atau ke kali. Sayang ya ..
Gerakan Anak Pejuang Subuh Indonesia (GAPSI), bekerjasama dengan Bank Sampah Pulo Kambing sebagai sentra pengumpul jelantah, berusaha mengurangi ancaman kerusakan lingkungan dari jelantah. Caranya, dengan mengumpulkan jelantah yang terdapat di rumah-rumah warga melalui peran anak pejuang subuh, untuk disetorkan ke Bank Sampah Pulo Kambing. Kemudian Bank Sampah Pulo Kambing menyetorkan jelantah dari berbagai sumber, ke pabrik pengolahan bio solar di Cikarang.
Bagaimana membuat warga bersedia memberikan jelantahnya kepada anak pejuang subuh? Tentu melalui edukasi dan sosialisasi ke rumah-rumah. Kami mengajak para warga untuk bersedekah jelantah. Kepada setiap warga yang bersedia, kami menghadiahkan jerigen kosong ukuran 5 liter. Jerigen tersebut untuk menampung jelantah yang disedekahkan warga. Kami mengambil jelantah di rumah para warga, pada tanggal 15 dan 30 setiap bulannya.
Jelantah yang sudah terkumpul (saat ini berkisar 100 liter per bulan), kami setorkan ke Bank Sampah. Untuk setiap 6 liter jelantah, Bank Sampah memberikan pengganti berupa 1 liter minyak goreng baru. Keren kan ?
Minyak goreng dalam kemasan botol ukuran 1 liter itu, kami jual kembali kepada ibu-ibu pejuang subuh dengan harga di bawah standar. Hasil penjualan minyak goreng, kami gunakan untuk membiayai berbagai kegiatan anak pejuang subuh.
Walaupun saat ini uang hasil penjualan minyak belum terlalu besar, dan langsung habis untuk kegiatan bulanan, tapi kami bahagia dan bangga. Selain melatih anak-anak pejuang subuh untuk berinteraksi dengan warga, selokan air yang tercemar oleh limbah jelantah, kini berangsur normal dan tampak jernih. Warga pun senang karena bisa bersedekah melalui jelantah untuk kegiatan anak pejuang subuh. Every body is happy .
Kami berencana memperluas layanan sedekah jelantah hingga tingkat RW dan kelurahan, agar manfaat yang dirasakan oleh warga dan anak pejuang subuh, semakin terasa. Doakan kami ya. Terima kasih.
Jakarta, 5 Maret 2021
Humas GAPSI
Keterangan Foto :
Anak Pejuang Subuh Masjid Al Kautsar, sedang berkeliling memberikan jerigen kosong ke rumah para warga RT 10/08 , agar warga mau bersedekah jelantah.