NasionalismeNews.com, Rusia gagal membayar obligasi eksternal negara untuk pertama kalinya dalam satu abad terakhir.
Batas waktu “Event of Default” itu terlewatkan lantaran Rusia tak melunasi kewajibannya sebesar US$100 juta di penghujung Minggu (26/6) ,masa tenggang pembayaran bunga obligasi yang jatuh tempo pada 27 Mei.
Rusia sebenarnya memiliki kemampuan untuk membayar tagihan tersebut dan telah mencoba melakukannya. Namun upaya itu oleh sanksi ekonomi negara-negara Barat untuk menutup rute pembayaran ke kreditur di luar negeri.
Pembatasan itu juga berarti ada ketidakpastian besar tentang apa yang akan terjadi selanjutnya, dan tentang bagaimana investor bisa mendapatkan uang mereka. Moody’s Investors Service mengatakan pembayaran yang terlewat merupakan default di bawah definisinya dan memperingatkan bahwa pemerintah kemungkinan juga akan default pada pembayaran obligasi di masa depan. Moody’s dan perusahaan penilai lainnya tidak lagi memberikan rating terhadap Rusia karena sanksi ekonomi masih diberlakukan.
Mengingat kerusakan yang telah terjadi pada ekonomi dan pasar, default tersebut sebagian besar dianggap bersifat simbolis untuk saat ini. Selain itu default tersebut juga tidak banyak berarti bagi Rusia yang berurusan dengan inflasi dua digit dan kontraksi ekonomi terburuk dalam beberapa tahun. Pun demikian, ini tetap saja penanda suram dalam kemunduran Rusia menjadi paria ekonomi, keuangan dan politik: eurobonds negara tersebut telah diperdagangkan pada tingkat yang tertekan sejak awal Maret, cadangan devisa bank sentral tetap dibekukan, dan bank-bank terbesar dipisahkan dari sistem keuangan global.
Rusia telah menolak status default dengan mengeklaim bahwa mereka memiliki dana untuk menutupi tagihan apa pun dan telah dipaksa untuk tidak membayar. Ketika mencoba untuk memutar jalan keluar, ia mengumumkan minggu lalu bahwa ia akan beralih untuk membayar US$40 miliar utang negara yang beredar dalam mata uang rubel.
#EkonomiGlobal #Rusia #Putin #Russia